Pantai Ngrumput: Camping di Tahun Baru

Sebentar lagi akan memasuki musim liburan akhir tahun dan tentunya kita akan menyambut tahun baru. Sudah punya rencana mau kemana gaes untuk liburan kali ini? Bosan liburan cuma nge-mall aja? Saya punya pengalaman saat libur tahun baru tahun lalu. Simak yuk, siapa tau bisa jadi referensi kalian.



Menuju tahun 2016. Saya dan teman-teman mempersiapkan acara rutin kami untuk menyambut tahun baru. Biasanya kami berkumpul di salah satu rumah teman kami, lalu bakar-bakar ikan dsb. Namun. tahun itu kami ingin acara yang berbeda, mengingat 2016 adalah tahun terkakhir kami berada di satu kampus. Bisa jadi tahun baru ini adalah tahun baru terakhir kami bisa berkumpul lengkap. Setelah melalui musyawarah melalui grup whatsapp, kami pun sepakat untuk melakukan camping di Bukit Kosakora (yang kemudian saat di lokasi, kami pindah haluan ke Pantai Ngrumput). Kami tak mengambil tepat tanggal 31 Desember, dikarenakan pasti akan sangat rame dan akan susah mencari persewaan alat camping.

Sabtu, 2 Januari 2016.
Sekitar pukul 08.00, kami berkumpul di Warung Bang Jarwo. Sebuah warung didekat kampus kami, warung yang hits dikalangan kami sendiri hehe. Kami sempatkan sarapan sembari memastikan kelengkapan barang-barang yang harus kami bawa.

Mampir Sapala
Sapala adalah salah satu tempat yang menyediakan jasa penyewaan perlengkapan untuk kegiatan outdoor (saya lupa lokasinya dimana). Sebenarnya kami sudah memesan barang yang akan kami sewa beberapa hari sebelumnya, namun ketika itu barang masih dipinjam orang lain dan baru akan kembali hari Sabtu. Maklum lah tahun baru, banyak orang yang meminjam untuk menanti tahun baru di puncak gunung atau pinggir laut. Waktu itu barang yang kita pinjam ada tenda, sleeping bag, terpal, cover tenda. Sedangkan peralatan untuk masak kami meminjam dari teman kami, Dwi.

Perjalanan ke Wonosari
Menyusuri Kota Wonasari, lalu semakin ke pelosok. Menanjak bukit yang berkelok-kelok lalu turun tiba di daerah kawasan Pantai. Berhubung kala itu kami masih mahasiswa dengan budget piknik low, kami mencari jalan alternatif agar tidak perlu melewati bapak-bapak penjaga tiket (alias cari gratisan).

Butuh perjuangan untuk mencari gratisan memang. Kami blusukan lewat jalan desa-desa yang masih didominasi persawahan, jalannya pun belum ber-aspal, masih batuan kapur. Seringkali kami bertanya pada warga dan disarankan berbalik arah saja. Tapi toh kami ngeyel dan terus melaju. Semakin mblusuk, jalan justru semakin sempit, dan di banyak pohon-pohon di samping kiri kami. Kami pun akhirnya berhenti dan berbincang dengan petani. Lagi-lagi menyarakan untuk berbalik arah karena katanya di depan jalan buntu.
Akibat kami berhenti terlalu lama mungkin, kami pun diserang pasukan ulat sutra yang menempel di jaket kami, tas kami. Gelak tawa pun memecah sunyinya daerah ini. Ada yang berteriak heboh (Hana), ada yang justru becanda.

Akhirnya kami memilih berbalik arah. Ulat bulu ternyata masih menyerang kami. Salah satunya masuk ke helm Ryan S. Kami pun berhenti sejenak.

Niat ingin cari gratisan pun musnah. Kami akhirnya memilih melalui pos tiket masuk, dengan membayar Rp 10.000 per kendaraan.

Pantai Ngrumput
Akhirnya kami tiba di parkiran kawasan Pantai Ngrumput. Dari parkiran, kami harus berjalan melewati jalanan terjal untuk sampai di Pantai. Kendaraan tidak bisa masuk, karena jalannya blusukan dan melewati sawah milik warga.

Tak lama kami tiba di Pantai Ngrumput. Langit cerah, awan biru, pasir putih, dan desiran ombak seakan menyambut kami tiba. Melihat itu saya takjub dan bahagia, ini lebih dari ekspektasi saya. Mungkin karena belum banyak orang yang tau tentang Pantai ini, jadi masih asri, bersih, dan sunyi.

Puncak Kosakora destinasi kami camping berada di satu kawasan Pantai Ngrumput, menjulang cukup tinggi di atas. Awalnya kami hanya istirahat melepas lelah di Pantai Ngrumput. Tapi setelah didiskusikan dengan banyak faktor, kami memilih camping di Pantai Ngrumput. Alasan utama karena kita sudah lelah dan terlalu mager untuk naik Puncak, sebentar lagi juga senja tiba, dan jika di bawah kita bisa langsung main air. Alasan lain yang cukup penting karena di dekat area kita mau pasang tenda ada toilet umum dan warung. Widodo sama Wahyu aja ketika tiba langsung pesan mie di sana (camping macam apa ini hehe).

Makan Sup di Pantai 
Setelah lelah hilang, kami pun mulai memasang tenda. Ada yang serius, ada juga yang justru selfie-selfie. Kami juga memasang terpal untuk dapur dan mempersipakan alat untuk masak. Setelah 3 tenda berdiri kokoh menghadap Pantai (sungguh ciamik), kami mulai memasak. Menu pertama kalau nggak salah sayur sup dengan sayur fresh ditambah lauk sosis dan nugget, tak lupa juga nasi. Menu yang cukup luar biasa bukan? . Dan tau nggak sih? Dari sekian banyak orang, yang ribet masak cuma Aku, Bimo, dan Hana. Yang lainnya? Asik foto-foto sambil main di pinggir pantai. Aku pun jadi bolak-balik ke dapur dan ke Pantai karena ingin ikut foto tapi juga harus nyiapin makanan hehe..

Yang aku paling tunggu
Senja pun tiba. Bahagia sekali saya sebagai penikmat senja bisa melihat warna langit begitu indah, ditambah matahari yang bagai tenggelam di lautan. Tak lupa saya mengabadikan foto.
Setelah makan malam, kami menggelar terpal di depan tenda dan memasak popcorn untuk teman bercerita.

Di bawah bintang-bintang kami bercerita tentang problematika kuliah, tentang PRPL, skripsi, dan kapan wisuda. Kemudian tentang pengalaman kami berteman dengan kawan-kawan kuliah lain, rumpisin temen kami yang ngilang, jujur-jujuran. Dimalam itu kami jadi tau kejadian-kejadian sebenarnya, dan malah jadi lucu aja mengenang itu semua.

Tak berhenti diseputar kuliah, pembicaraan berlanjut tentang kejadian-kejadian lucu dan horror diluar kehidupan kuliah yang entah nyata atau fiktif. Bimo juga ikutan cerita yang saya yakini ini cerita fiktif. Awalnya kami semangat dengerin karena dia memakai nama orang yang kita kenal beneran, ehh lama-lama kami jadi ngrasa kalo cerita itu mengada-ada dan super aneh. Aku inget banget dia cerita tentang koh beni yang jualan obat, dan cak destroyer seorang biker yang beli obat di koh beni. 
Oya waktu itu kita nggak percaya kalo cak destroyer itu beneran nama orang, nah kalo beni itu emang nama temen kuliah kita. Tapi cerita nya sih dijamin fiksi. Beberapa hari setelah camping, bang bimo kirimin foto cak destroyer yang dia ambil dari facebook nya cak destroyer. Disitu kami baru percaya ada beneran orang dengan nama cak destroyer, dan fotonya super gilani hehe..
Saat kami asyik bercerita ada juga teman kami yang justru terlelap tidur, Gani.
x

Malam pun tiba, kami masuk tenda kami masing-masing. Kami punya 3 tenda, 1 tenda untuk cewek, dan dua tenda untuk cowok. Mata kami sulit terpejam, apalagi yang tenda cewek kami kepanasan karena tenda kami ditutup dengan (lupa namanya) yang itu kegedean dan seharusnya emang buat tenda kami. Kami masih sempat becanda dengan tenda sebelah kami, karena jaraknya sangat dekat, jadi dari dalam tenda aja kedengaran mereka ngomong apa.

Naik ke Puncak Kosakora
Kesibukan kami di pagi itu, saya dan dan bang Bimo sibuk memasak (lupa masak apa). Teman-teman yang lain menikmati kopi atau susu hangat buatan mereka masing-masing.
Setelah itu kami membereskan barang-barang dan tenda kemudian berencana naik ke bukit kosakora sebelum akhirnya pulang. 

Hari itu cukup panas. Persiapan yang kami lakukan adalah mengolesi sunblock dimuka dan tangan kami. Dan tak saya sangka teman-teman cowo lebih rempong daripada saya yang cewek. Mereka pake spf kalo gak salah spf 50 dan mereka pakenya banyak banget yakin, sampe pas kena panas luntur.
Oya yang ikut ke bukit kosakora gak semua. Ceweknya Cuma aku, karena Hana takut kecapekan, kemudian yang lain ada Widodo, Wahyu, Budi, Gani, dan berto. Seperti biasa saat naik bukit saya ketinggalan dibelakang, untung waktu itu ada Gani yang mau nemenin dan kita sesekali berhenti buat foto-foto.

Sesampainya diatas. Panas banget yakin. Selain kegiatan wajib yaitu foto-foto, kita juga asik dengan hp kita masing-masing karena diatas ada sinyal (jadi selama camping sulit banget dapet sinyal). Setelah puas main di Kosakora, kita pun turun, sebelum kembali ke teman-teman yang lain kita nongkrong dulu di warung deket bukit kosakora untuk menikmati es teh.

Back to Home
Kembali berkumpul dengan yang lain, kami pun bersiap untuk pulang. Kita pulang pada siang hari agar tidak terlalu sore sampai di Jogja karena kita butuh istirahat untuk besok kembali kuliah.
Sembari membagi barang yang harus dibawa, aku inget banget kalo kita bahas salah satu lagu dari paying teduh yang ternyata lirik nya berdasarkan kisah nyata dan lumayan horror, padahal lagu itu sering banget kita dengerin.

Perjalanan pulang cukup lancar dan aman. Tidak ada kendala seperti saat kita berangkat. Sebelum pulang ke rumah masing-masing , kita mampir ke Sapala untuk mengembalikan barang sewaan. Ternyata persewaan tutup dan baru buka jam 4 (saya lupa saat itu jam berapa). Kita pun menunggu cukup lama, nahan ngantuk dan nahan laper karena emang kita belum makan siang. Lama-kelaman satu persatu memilih pulang, dimulai dari Hana dan Gani, dan kemudian disusul oleh Aku dan Ryan. Dan setau saya kemudian pada memilih pulang, pada akhirnya yang ngembaliin barang cuma Rian B aja.. thanks ri hehe..

Berikut adalah perjalanan saya bersama teman-teman. Perjalanan lama yang baru saya tulis. Tentu sudah banyak hal dan detail yang saya lupa. Tapi, berkat postingan sobatjogja.com yang selalu up to date, saya pun bisa menulis pengalaman ini secara lengkap. Tapi ada beberapa detail cerita yang agak beda dgn sobatjogja, ya karena kami punya memori sendiri-sendiri. Intinya terimakasih sobatjogja yang membantu dan menginspirasi saya.

Bagi kalian yang mau membaca cerita camping ini versi sobatjogja bisa lihat di https://www.sobatjogja.com/puncak-kosakora-serta-pantai-ngrumput-sebuah-kombinasi-yang-wajib-dikunjungi/







@astrimeika