Cerpen: Menabung Kenangan Part 2

Begitulah kami, tahun berganti tahun kami terus menabung kenangan. Tak semua kenangan penuh sukacita, tentu juga ada dukacita. Namun penuh syukur boleh dilewati dengan penuh kebijaksanaan.

http://fenwayfocus.org/wp-content/uploads/2015/05/holding-hands-on-beach-1024x656.jpg

Beberapa menit mengobrol dengan Dara, kemudian datang Kang Arsan dengan Mbak Adiba yang kemudian disusul Elang dan Wina.
Elang, sahabatku, yang dulu pernah dikira pacarku, karena paling sering mengantarku pulang setelah kami kumpul, sebelum akhirnya aku punya kendaraan sendiri dan punya Levin. Dulu, setiap diantar Elang, aku selalu bilang “Elang, sabar ya, besok aku punya pacar kok, besok kalo nggak hujan tapi”. Walaupun hanya sebuah candaan, benar saja waktu itu aku jadian dengan Levin bulan April ketika musim kemarau dan cuaca Jogja sedang panas-panasnya.
Elang, paling kreatif diantara kami. Paling update di sosial media, paling update soal wisata dan kuliner di Jogja dan sekitarnya. Ya jabatannya sebagai founder sebuah website yang sudah terkenal di Jogja mengharuskannya untuk terus kreatif dan inovatif. Elang juga paling update tentang cewek, alias suka gonta-ganti pacar. Wina sendiri pacar yang hari ini perdana Elang kenalkan kepada kami tepat di hari Ulang Tahun Elang.
Gila ini anak, ulang tahun, pacar baru. Begitu ejekan dari sahabat-sahabat.
Meskipun sebenarnya aku sudah tahu tentang Wina, sedikit. Mereka sudah jadian hampir sebulan yang lalu, tepatnya saat tahun baru. Aku tau dari Levin. Levin memang paling akrab dengan Elang, karena punya hobby sama, olahraga. Mereka sering mengaku pergi olahraga bareng, dan aku dilarang ikut, alasannya sebenarnya aku tau, setelah itu mereka nongkrong dan biasa obrolan lelaki. Dan kata Levin, Wina menjadi topik pembicaraan Elang akhir-akhir ini.
Wina tampil cantik dengan kerudungnya, paling cantik dibandingkan mantan-mantan Elang. Anaknya sederhana, santun dan ramah, mudah bergaul dan cepat akrab dengan kami. Sama persis seperti Elang. Rupanya mereka berkenalan lewat instagram karena akun wisata milik Elang sering me-repost foto-foto hasil karya Wina. Di hari perdana Wina bergabung menjadi anggota kami, saya yakin mereka berdua akan langgeng.
Pukul 19.42 layar handphoneku kembali mengisyaratkan pesan masuk, dari Gadis, sahabatku dari Sumatera. Rupanya dia sudah berada di depan Restaurant bersama pacarnya yang juga sahabatku, Haikal. Gadis sengaja jauh-jauh datang dari Sumatera untuk melepas rindu dengan kami. Dia baru saja tiba di Jogja dan Haikal menjemputnya di Bandara. Hanya aku dan Haikal yang tau jika Gadis ke Jogja, ia sengaja ingin memberi kejutan ke yang lain.
Gadis, sahabatku, dulu ketika dia masih di Jogja, kami paling sering jalan berdua, entah untuk shopping atau sekedar makan. Itu dulu sebelum posisinya diganti Dara. Setelah lulus kuliah, dia memilih pulang ke kampung halamannya, karena ingin membuka usaha di sana. Gadis lima bulan yang lalu juga berkunjung ke Jogja kala kang Arsan menikah. Tapi hari ini dia sudah di Jogja lagi, katanya tak ingin melewatkan ulang tahun Elang. Padahal aku yakin alasan utama tentu rindu dengan kekasihnya, tak lain adalah Haikal, kekasih yang dulu sahabatnya. Sahabat kami semua lebih tepatnya.
Haikal, paling pekerja keras diantara kami. Haikal laki-laki Sunda yang sejak SMA sudah merantau di Jogja, itu mungkin yang membuatnya menjadi sosok mandiri dan paling gigih. Kami bahagia bukan main akhirnya hubungan Haikal dan Gadis tidak hanya sebatas sahabat. Kami memang sudah mengusahakan mereka untuk bisa jadian sudah sejak lama, namun tak pernah berhasil, hingga kami putus asa ketika Gadis memilih meninggalkan Jogja. Tak disangka jarak yang justru mendekatkan mereka. Rindu yang dirasa bukan rindu biasa akhirnya membukakan hati mereka. Tak perlu mencari yang jauh memang, jika yang dekat saja ada. Kami baru tau jika akhirnya mereka pacaran ketika dinikahan kang Arsan. Padahal sudah tiga bulan sebelum kang Arsan menikah mereka sudah meresmikan, namun mereka terlalu malu mengabarkannya kepada kami.
Sementara yang lain masih sibuk memilih menu yang akan dipesan, aku mengajak Wina untuk menemaniku menyusul Haikal. Alasanku Haikal menunggu di lantai tiga dan tidak tau harus ke arah mana untuk menuju Restaurant. Padahal tentu saja itu hanya sebuah alasan karena kami akan menyiapkan kejutan ulang tahun untuk Elang.
Kue pun sudah siap lengkap dengan hiasan dan lilin yang susah mati di atasnya. Aku minta Wina yang membawanya, meski katanya tadi pagi dia juga sudah membawakan kue untuk Elang. Kemudian aku memberi isyarat kepada Tita untuk menyalakan lagu Selamat Ulang Tahun dari Jamrud. Setelah lagu dinyalakan, kami berempat jalan berderetan menuju ke Elang. Elang dan yang lain lalu berdiri dan menyambut bahagia atas perayaan hari ini.
Perayaan yang bukan sekedar perayaan ulang tahun. Namun juga perayaan kebersamaan kami semua. Disetiap tanggal dan bulan yang sama, yang setiap tahun selalu kita ulang, dan selalu kami rayakan bersama. Bukan hanya sekedar perayaan untuk merayakan bertambah satu tahun usia Elang. Namun juga perayaan atas perjuangan kami, perayaan bertambahnya kesuksesan kami dari segi apapun.
Kami tentu masih ingat, masa saat masih kuliah, dulu jam segini kami masih ada di kampus mengikuti perkuliahan, atau sibuk rapat organisasi. Mana mungkin kami bisa berkumpul seperti ini di masa lalu, jika ada waktu pun, kami tak memiliki uang lebih seperti sekarang. Dulu ketika akhir pekan kami lebih memilih untuk di rumah masing-masing, entah istirahat, atau main game, atau bahkan mengerjakan laporan praktikum.
Kami ingat juga, walaupun kami kompak, tapi nyatanya kami tak bisa wisuda bersamaan. Aku dan Purba lulus duluan, kemudian disusul Haikal, kemudian Elang dan Kang Arsan, lalu Gadis. Aku ingat ketika aku menyelesaikan tugas akhirku, kang Arsan yang selalu membantuku ketika aku kesulitan dan dengan sabar mengajariku, Haikal orang yang selalu menyemangatiku ketika aku tak percaya diri bertemu dosen pembimbing, namun justru akhirnya aku yang lulus duluan. Walaupun kami tak lulus bersamaan, tapi kami selalu men-support satu sama lain, kami selalu memberi dorongan satu sama lain hingga kami semua wisuda, hingga kami semua mendapat pekerjaan.
Begitulah kami, tahun berganti tahun kami terus menabung kenangan. Tak semua kenangan penuh sukacita, tentu juga ada dukacita. Namun penuh syukur boleh dilewati dengan penuh kebijaksanaan. Persahabatan kami awalnya bukan apa-apa, biasa saja. Bulan berganti bulan, tahun bertambah tahun, banyak kejadian yang kami lewati bersama, banyak cerita yang kemudian kami ketahui bersama-sama. Hingga hari ini, kami merayakan lagi, kebersamaan kami yang begitu penuh makna. Persahabatan kami yang semakin akrab dan bercabang, dimulai dengan enam orang, hari ini menjadi dua belas orang. Diperayaan berikutnya, pasti akan bertambah lagi, satu persatu. Hingga nanti di perayaan suatu masa, kami sibuk dengan buah hati kami yang tak betah hanya duduk saja.
Pukul 21.08 muncul kejutan lain. Kali ini bukan untuk Elang, namun untukku dan Dara. Levin datang bersama Purba, katanya dia habis menjemput Purba di stasiun. Purba dulu memang sahabatku yang paling doyan memberi kejutan dengan tiba-tiba pulang ke Jogja tanpa memberitahu kami terlebih dahulu, hingga sekarangpun dia seperti itu dan Levin jadi ikut-ikutan. Tak apa pikirku. Aku suka kejutan.
Pukul 22.25 tak terasa sudah larut malam. Dulu pulang jam segini kami selalu meributkan sesuatu, bagaimana jika kost Gadis sudah tutup, atau bagaimana jika aku dimarahi karena baru pulang, atau karena hujan deras tiba-tiba datang ketika kami akan pulang. Hal itu tentu sudah tak menjadi masalah sekarang.
“Jadi kapan kalian kejenjang selanjutnya?”, tanya Elang kepadaku dan Levin sebelum kami meninggalkan Restaurant.
“Besok lang, kalau nggak hujan ya”, jawab Levin.

@astrimeika