Review Jujur #3: Yowis Ben

Hai girl's, kemarin aku habis nonton Film berbahasa jawa buatan Bayu Skak. Apresiasi yang besar untuk Bayu Skak dan sutradara Fajar Nugros yang telah membuat film dengan 90% bahasa jawa khas jawa timur ditambah menampilkan lokasi-lokasi wisata Malang dan Surabaya.


Jika kamu bosan menonton film berat, coba deh nonton film drama-komedi ini. Menurut saya ini film ringan, sederhana, tapi sungguh membuat saya terhibur. Walaupun sederhana namun film ini banyak makna dan pelajaran yang bisa diambil dan sangat tersampaikan untuk penonton. Bagi kalian yang nggak paham basa jawa, tenang ada subtitle nya kok. Dan menonton ini bagi saya orang jogja, suatu challenge sendiri untuk nggak liat subtitle. Beberapa kali saya tetap liat subtitle karena ada basa jawa yang asing, entah karena terlalu alus atau karena khas jawa timur yang nggak saya mengerti.

Di media sosial banyak sekali comment pedas tentang film ini, katanya film ini tontonan TKI, TKW, pembantu karena berbahasa jawa. Bahkan ada yang mengkritik mengapa memakai bahasa jawa kan Indonesia bukan bahasa jawa saja. Namun saya ingin mematahkan sendiri dengan menontonnya.

Film tentang anak SMA.
Yowis Ben bercerita tentang kehidupan anak SMA yang ingin mendapatkan pengakuan dari sekitarnya. Berawal dari Bayu (Bayu Skak) yang ingin populer di Sekolah dan mendapatkan pengakuan dari gebetannya Susan (Cut Meyriska) dan Doni (Joshua Suherman) yang ingin dapat pengakuan dari orangtuanya. Kemudian mereka membentuk sebuah Band dan mengadakan sayembara mencari keyboardist dan drummer. 

Dari sayembara tersebut akhirnya Yayan (Tutus Thamson) cowok yang alim dan rajin beribadah dan Nando (Brandon Salim) cowok populer di sekolah yang ingin disukai karena karyanya bergabung dengan Band yang semula belum ada namanya. Barulah ketika pertama kali menyewa studio band secara tidak sengaja tercetuslah nama Yowis Ben. Berkat kegigihan mereka, akhirnya Yowis Ben menjadi band terkenal se-kota Malang yang tentunya membuat mereka populer di sekolah. Susan pun akhirnya hadir di kehidupan Bayu, namun ini yang membuat akhirnya terjadi konflik di Yowis Ben.

Film ringan tapi kuat.
Menonton film ini saya rasanya tidak asing, entahlah. Bercerita tentang band dan persahabatan kemudian terjadi konflik karena wanita kemudian band bubar. Inilah mengapa saya bilang ini film ringan. Tapi yang membuat film ini kuat karena penggunaan basa jawa, bahasa jawa yang digunakan untuk lawakan dalam film ini sukses membuat penonton tertawa. Lokasi di Malang dan Surabaya juga membuat film ini kuat, karena menyuguhkan landmark khas kedua kota tersebut seperti Alun-alun Merdeka, Masjid Jami, Gereja Hati Kusus, Museum Angkut, dan Kampung Warna-warni. Satu lagi tak lupa Sego pecel, makanan khas Jawa Timur juga dihadirkan dalam film ini, Ibu Bayu diceritakan berjualan sego pecel dan setiap hari Bayu membawa dagangannya ke sekolah sampai di bully dan mendapat julukan Pecel Boy.

Yang membuat film ini menarik juga karena ada lagu-lagu Yowis Ben yang memakai basa jawa (saya curiga suatu saat lagu-lagu ini dijadiin koplo). Yowis Ben ini sebenarnya memang ada, Yowis Ben merupakan band dari Bayu Skak dan Tutus Thomson serta dua temannya semasa SMA atau kuliah (saya lupa). Lewat lagu-lagunya Mangan Pecel. Gak Iso Turu, Ojo Bolos Pelajaran membuat film ini semakin seru.

Banyak makna dari Film ini.
Selain mengenalkan bahasa jawa dan kota Malang, menonton film ini juga banyak pelajaran yang bisa diambil, khusunya bagi para remaja. 
·     Kita bisa belajar tentang arti persahabatan dari film ini. Bagaimana akhirnya mereka meredam ego masing-masing sehingga persahabatan mereka bisa bersatu lagi. Di sini juga diceritakan Bayu dengan keluarga ekonomi ke bawah, Doni anak kaya, Yayan yang kuat agamanya, dan Nando keturunan chinese dan tidak fasih bahasa jawa, walaupun perbedaan itu tapi mereka bisa bersahabat dan selalu kompak. Lewat lagu Yowis Ben dengan tema kekancan (nggak tau judulnya) menambah kesan tersendiri.
·     Walaupun mereka sibuk membangun band mereka, mereka tidak melupakan sekolahnya. Ada beberapa adegan dimana mereka belajar bareng di rumah Nando dan Doni. Ada juga adegan dimana mereka mau bolos sekolah, namun ketahuan, dan akhirnya dihukum. Dari kejadian itu lalu mereka sadar akan pentingnya sekolah dan membuat lagu Ojo Bolos Pelajaran.
·     Memakai Helm. Saya sering heran dengan film yang saya tonton, mengapa saat mengendarai motor tidak memakai helm. Apalagi jika film tentang anak sekolahan yang tentunya akan banyak ditonton anak remaja. Apresiasi untuk film ini beberapa adegan Bayu dan teman-temannya mengendarai motor, mereka tidak lupa memakai helm.


Terlepas dari kritikan pedas netizen, nyatanya film ini menyuguhkan hiburan lewat cerita santai penuh komedi dan kekonyolan pemainnya. Terbukti dari awal hingga akhir film ini, penonton bioskop selalu lepas tertawa dengan setiap adegan lawakannya meskipun dengan bahasa jawa. Jadi buat kalian yang ingin mendapatkan hiburan santai, nggak ada salahnya menonton film ini.

@astrimeika