Hai girl's, kemarin aku
habis nonton Film berbahasa jawa buatan Bayu Skak. Apresiasi yang besar untuk
Bayu Skak dan sutradara Fajar Nugros yang telah membuat film dengan 90% bahasa
jawa khas jawa timur ditambah menampilkan lokasi-lokasi wisata Malang dan
Surabaya.
Jika kamu bosan menonton
film berat, coba deh nonton film drama-komedi ini. Menurut saya ini film
ringan, sederhana, tapi sungguh membuat saya terhibur. Walaupun sederhana namun
film ini banyak makna dan pelajaran yang bisa diambil dan sangat tersampaikan
untuk penonton. Bagi kalian yang nggak paham basa jawa, tenang ada subtitle nya
kok. Dan menonton ini bagi saya orang jogja, suatu challenge sendiri untuk
nggak liat subtitle. Beberapa kali saya tetap liat subtitle karena ada basa
jawa yang asing, entah karena terlalu alus atau karena khas jawa timur yang
nggak saya mengerti.
Di media sosial banyak sekali comment pedas tentang film ini, katanya film ini tontonan TKI, TKW, pembantu karena berbahasa jawa. Bahkan ada yang mengkritik mengapa memakai bahasa jawa kan Indonesia bukan bahasa jawa saja. Namun saya ingin mematahkan sendiri dengan menontonnya.
Di media sosial banyak sekali comment pedas tentang film ini, katanya film ini tontonan TKI, TKW, pembantu karena berbahasa jawa. Bahkan ada yang mengkritik mengapa memakai bahasa jawa kan Indonesia bukan bahasa jawa saja. Namun saya ingin mematahkan sendiri dengan menontonnya.
Film tentang anak SMA.
Yowis Ben bercerita
tentang kehidupan anak SMA yang ingin mendapatkan pengakuan dari sekitarnya.
Berawal dari Bayu (Bayu Skak) yang ingin populer di Sekolah dan mendapatkan
pengakuan dari gebetannya Susan (Cut Meyriska) dan Doni (Joshua Suherman) yang
ingin dapat pengakuan dari orangtuanya. Kemudian mereka membentuk sebuah Band
dan mengadakan sayembara mencari keyboardist dan drummer.
Dari sayembara tersebut
akhirnya Yayan (Tutus Thamson) cowok yang alim dan rajin beribadah dan Nando
(Brandon Salim) cowok populer di sekolah yang ingin disukai karena karyanya
bergabung dengan Band yang semula belum ada namanya. Barulah ketika pertama
kali menyewa studio band secara tidak sengaja tercetuslah nama Yowis Ben.
Berkat kegigihan mereka, akhirnya Yowis Ben menjadi band terkenal se-kota
Malang yang tentunya membuat mereka populer di sekolah. Susan pun akhirnya hadir
di kehidupan Bayu, namun ini yang membuat akhirnya terjadi konflik di Yowis
Ben.
Film ringan tapi kuat.
Menonton film ini saya
rasanya tidak asing, entahlah. Bercerita tentang band dan persahabatan kemudian
terjadi konflik karena wanita kemudian band bubar. Inilah mengapa saya bilang
ini film ringan. Tapi yang membuat film ini kuat karena penggunaan basa jawa,
bahasa jawa yang digunakan untuk lawakan dalam film ini sukses membuat penonton
tertawa. Lokasi di Malang dan Surabaya juga membuat film ini kuat, karena
menyuguhkan landmark khas kedua kota tersebut seperti Alun-alun Merdeka, Masjid
Jami, Gereja Hati Kusus, Museum Angkut, dan Kampung Warna-warni. Satu lagi tak
lupa Sego pecel, makanan khas Jawa Timur juga dihadirkan dalam film ini, Ibu
Bayu diceritakan berjualan sego pecel dan setiap hari Bayu membawa dagangannya
ke sekolah sampai di bully dan mendapat julukan Pecel Boy.
Yang
membuat film ini menarik juga karena ada lagu-lagu Yowis Ben yang memakai basa
jawa (saya curiga suatu saat lagu-lagu ini dijadiin koplo). Yowis Ben ini
sebenarnya memang ada, Yowis Ben merupakan band dari Bayu Skak dan Tutus
Thomson serta dua temannya semasa SMA atau kuliah (saya lupa). Lewat
lagu-lagunya Mangan Pecel. Gak Iso Turu, Ojo Bolos Pelajaran membuat film ini semakin
seru.
Banyak
makna dari Film ini.
Selain
mengenalkan bahasa jawa dan kota Malang, menonton film ini juga banyak
pelajaran yang bisa diambil, khusunya bagi para remaja.
·
Kita bisa belajar tentang arti persahabatan dari film ini.
Bagaimana akhirnya mereka meredam ego masing-masing sehingga persahabatan
mereka bisa bersatu lagi. Di sini juga diceritakan Bayu dengan keluarga ekonomi
ke bawah, Doni anak kaya, Yayan yang kuat agamanya, dan Nando keturunan chinese
dan tidak fasih bahasa jawa, walaupun perbedaan itu tapi mereka bisa bersahabat
dan selalu kompak. Lewat lagu Yowis Ben dengan tema kekancan (nggak tau
judulnya) menambah kesan tersendiri.
·
Walaupun mereka sibuk membangun band mereka, mereka tidak
melupakan sekolahnya. Ada beberapa adegan dimana mereka belajar bareng di rumah
Nando dan Doni. Ada juga adegan dimana mereka mau bolos sekolah, namun
ketahuan, dan akhirnya dihukum. Dari kejadian itu lalu mereka sadar akan pentingnya
sekolah dan membuat lagu Ojo Bolos Pelajaran.
·
Memakai Helm. Saya sering heran dengan film yang saya tonton,
mengapa saat mengendarai motor tidak memakai helm. Apalagi jika film tentang
anak sekolahan yang tentunya akan banyak ditonton anak remaja. Apresiasi untuk
film ini beberapa adegan Bayu dan teman-temannya mengendarai motor, mereka
tidak lupa memakai helm.
Terlepas dari kritikan
pedas netizen, nyatanya film ini menyuguhkan hiburan lewat cerita santai penuh
komedi dan kekonyolan pemainnya. Terbukti dari awal hingga akhir film
ini, penonton bioskop selalu lepas tertawa dengan setiap adegan lawakannya
meskipun dengan bahasa jawa. Jadi buat kalian yang ingin mendapatkan hiburan
santai, nggak ada salahnya menonton film ini.