Gunung Andong: Pengalaman Pertama Mendaki

Maret 2015.
Pengalaman baru bagi saya. Pengalaman pertama kali yang hingga sekarang belum terulang kembali...


Berada di ketinggian 1.726 mdpl. Bagi kalian yang sudah sering mendaki gunung, mungkin menaklukan gunung ini akan terasa mudah dan biasa. Namun bagi saya, yang baru pertama kali dalam 21 tahun saya hidup melakukan pendakian ini sangatlah berat, ditambah saya tipe yang sangat sekali malas olahraga.
Dan hal tersebut adalah kesalahan yang saya sesali ketika pendakian.

Kisah menggelikan selama perjalanan ke Magelang.
Lokasi Gunung Andong berada di Kampung Sawit, Girirejo, Ngablak, Kabupaten Magelang.
Beranggotakan 9 orang dengan 5 motor. Kami memulai perjalanan sekitar pukul 23.00 dari Kantor Harian Jogja dimana merupakan kantor salah satu teman saya, Bowo. Dan Bowo menjadi partner saya dalam perjalanan PP karena saya membonceng dia.
Menyusuri dinginnya malam dan jalan yang kebanyakan truk pengangkut barang, belum lagi ketika bertemu pengendara yang mabuk dan sempat memarahi kami, menjadi cerita tersendiri. Bowo dan saya pun sempat nyasar dan terpisah dengan rombongan lain. Dari mulai memasuki perkampungan warga hingga jalanan desa yang kanan kiri adalah kebon.
Ada cerita menggelikan disini. Di daerah tersebut susah sinyal. Saya dengan susah payah mengubungi teman yang lain dengan 3 hp sekaligus dalam genggaman tangan saya. Sementara Bowo terus fokus mengemudi. Mungkin Bowo terlalu cemas hingga dia bilang "As, gek cepet, selak ono begal iki. Koe gelem kena begal?" (As, cepetan telpon temen lain, nanti keburu ada begal. Kamu mau kena begal?). Well, harusnya saya cemas dong, tapi mendengar nada suaranya saya justru tertawa.
Satu cerita lagi, saya dan Bowo adalah pemakai kacamata minus, yang tentu malam hari pandangan semakin gak jelas. Masih dalam perjalanan mencari teman yang lain, kami melihat gerombolan orang berkumpul di tempat yang cukup pencahayaan. Nah, saya pikir itu teman-teman saya, ditambah ada motor warna merah yang saya pikir motornya Berto. Tapi... tadaaa... setelah kami mendekati gerombolan itu, ternyata bapak-bapak sedang nge-ronda. Aslinya ya, jika itu beneran teman-teman kami, saya ingin marah. Untunglah belum sempat melontarkan kata saya menyadari jika salah orang. Alhasil kami melewati gerombolan tsb sambil menyapa dengan menahan tawa.

Menemukan kembali teman-teman kami.
Setelah berhasil menghubungi teman-teman, kami akhirnya janjian di pom bensin kota. Melanjutkan perjalanan hingga pukul 02.00 kami tiba di rumah Keluarga Bimo. Disana kami beristirahat sejenak, kemudian mempersiapkan barang yang perlu dibawa mendaki dan yang bisa ditinggal di rumah Bimo.

Perjalanan ke basecamp.
Perjalanan ke Basecamp Taruna Jayagiri (Rumah Mbah Jono RT 3/RW 5) ternyata tidak mudah. Jalan begitu menanjak, hingga saya harus turun dari motor dan jalan kaki. Payah.. disini saya udah merasa capek duluan. Belum juga mulai pendakian, nyali saya sudah ciut. Waduuh bisa gak ya nanti, kuat gak ya saya.

Memulai pendakian.
Kami memulai pendakian pukul 03.00. Sebenarnya untuk mencapai puncak Andong hanya butuh waktu 2 jam. Namun, karena kami banyak berhenti dan istirahat, kami memakan waktu selama 3 jam.
Tentulah saya yang membuat perjalanan menjadi semakin lama. Baru jalan beberapa menit saya sudah lelah dan meminta istirahat. Selain saya, Bowo juga sesekali meminta istirahat akibat dengkul (tempurung kaki) sakit.
Sempat ingin menyerah, menyudahi perjalanan, dan memilih berhenti atau kembali ke basecamp. Namun antusias teman-teman lah yang membuat saya enggan berhenti. Semangat teman-teman menjadi semangat tambahan juga buat saya.
Bimo. Sang penunjuk jalan yang selalu menyemangati saya bahwa kami tidak akan menyesal jika telah tiba di Puncak. Yang selalu bilang gakpapa nyampe sana telat, gak usah ngejar sunrise (dan pas sekali memang cuaca sedang berkabut).
Dwi. Pendaki wanita yang selalu jalan disamping saya. Menyemangati dan tak lelah bercerita, agar saya lupa capeknya. Yang selalu menawarkan air minum.
Dua teman saya yang lain (yang enggan saya sebutkan namanya, daripada terjadi salah paham). Yang satu dengan sabar menggandeng tangan saya dan menarik saya ketika tanjakan curam. Yang satu dengan rela membawakan tas saya hingga tiba di puncak.

Puncak Gunung Andong.
Terimakasih kalian yang mengajak saya hingga tiba ke sini, yang sabar menunggu saya.
Akhirnya kami tiba di Puncak. Walau kabut sangat tebal dan hembusan angin sangat dingin, tak mengurangi rasa bahagia dan syukur kami. Cerita, canda, tawa bersama kalian langsung menghangatkan suasana. Kegilaan para lelaki yang dengan pede nya foto tanpa memakai baju, membuat saya tak henti tertawa dan melupakan rasa lelah saya.






Puncak Gunung Andong menjadi saksi, dan akan menjadi kisah yang akan selalu saya kenang. 
Dimana saya mempunyai sahabat yang bukan hanya ada disaat saya senang, namun ada disaat saya butuhkan juga. 
Dimana saya mempunyai sahabat yang mau menerima saya apa adanya.
Terimakasih untuk kalian semua.
Dwi, Bimo, Bowo, Berto, Widodo, Gani, Budi, Wahyu.

@astrimeika