Bye 2016. Hello 2017

Terimakasih 2016 yang telah mengajarkan saya banyak hal. Membuat hidup saya tidak flat dan bewarna. Tahun sebagai puncak perjuangan bagi saya. Tahun sebagai kado terindah bagi saya. Tahun paling menyebalkan tapi juga membahagiakan.

Kuliah dan Skripsi.
Menginjak semester 8 di tahun ini cukup membuat saya stress. Setelah gagal menggapai harapan untuk lulus di semester ke 7 dimana tepat 3.5 tahun, saya harus berjuang mati-matian untuk menyelesaikan skripsi saya. Mengalahkan rasa malas dan kantuk untuk berhadapan di depan laptop, dari pagi hingga pagi lagi. Bukan hanya untuk mengetik barisan tulisan bab per bab, namun juga menyusun script program agar bisa berjalan tanpa error.

Perjuangan tiap hari menunggu dosen dengan rasa deg-degan. Menguji kesabaran tak kala menunggu dengan mustahil, karena dosen pembimbing saya yang terkenal paling sibuk tak juga muncul di kampus. Bolak-balik demangan-janti-prambanan (rumah-kampus-rumah dosen) sampe nyasar ke klaten, pulang mahgrib naik transjogja sambil menahan lelah udah menjadi hal biasa kala itu.
Belum lagi harus menyiapkan mental, menumbuhkan rasa percaya diri untuk menemui dan duduk berhadapan bercakap dengan dosen penguji saya. Ya, rejeki saya dapet dosen penguji yang terkenal ter-galak dan ter-sadis se kampus. Sering mendengar cerita dari kawan yang kena marah, melihat teman sendiri nangis sehabis seminar, melihat teman-teman mundur teratur dan mengusahakan cara agar ganti penguji. Lalu saya sendiri gimana? Terus maju. Keinginan kuat saya untuk lulus tepat waktu yang membuat saya mampu bertahan. Buat apa saya takut, mereka juga sama manusia, punya hati, mereka marah pasti karena sebab. Tinggal bagaimana cara saya bersikap saja untuk bisa akrab dengan beliau. Hasilnya? Beliau ternyata baik, dan juga mau memberikan solusi untuk saya.

Pendadaran.
Setelah pendadaran
Rasa bangga bisa menyelesaikan aplikasi saya dan maju ke ujian terberat sebagai mahasiswa. Penguji saya yang saya takutkan justru lebih banyak diam. Namun, justru ada penguji yang sebelumnya tidak pernah bertemu tiba-tiba datang dan saya 'dihabisi'. Saya akhirnya lolos, walau banyak revisian. Banyak banget. Saya liat naskah yang dicoret-coret langsung down, tak hanya naskah bahkan program saya juga harus diperbaiki. Bisakah saya selesaikan semua itu dalam waktu kurang dari dua bulan? Belum lagi harus mengumpulkan rasa percaya diri lagi untuk bertemu dengan penguji baru yang terkenal moody-an dan kritis. Seperti yang sebelumnya, tekad saya terlalu kuat. Beliau ternyata ramah, banyak membantu saya memberi semangat saya. Beliau tak mengharuskan saya bisa dan sempurna, yang terpenting saya harus mencoba dulu dan mencari tahu sendiri. Jika sudah buntu, beliau dengan senang mengajari saya.

Yudisium.
Drama saya tak selesai juga. Kembali ke penguji saya yang lama. Kala itu saya tinggal minta acc dari beliau, namun beliau pergi ke luar kota. Setelah kembali, saya mendapat teguran dari beliau karena mendapat nomor hp nya tanpa sepengetahuan beliau (menurut beliau itu privasi). Teguran lagi ketika beliau mau pulang tapi saya ganggu karena minta tanda tangan. Tapi toh dibalik semua itu beliau dengan senang hati memberi saya acc dan ttd. Mungkin saya salah satu mahasiswa paling ngeyel dan bakoh menghadapi beliau.

Wisuda.
26 September 2016. Tanggal yang paling membahagiakan bagi saya. Akhirnya perjuangan dan usaha sedemikian rupa saya membuahkan hasil manis. Bahagia akhirnya melepas masa mahasiswa saya, bahagia bisa membahagiakan orangtua saya, bahagia bisa wisuda bareng sahabat-sahabat saya, bahagia bisa cumlaude bareng teman-teman se-organisasi.

Pengangguran dan proses pencarian kerja.
Kehidupan baru dimulai. Bahagia pudar ketika tak kunjung pendapat pekerjaan. Dari mulai semangat test kerja akhirnya pasrah banget. Dari yang nol nggak mudeng sama soalnya, sampe apal dan terlatih cara ngerjainnya. Semua dicobain dari perusahaan IT, pabrik obat, bank swasta, kantor pemerintahan, sekolahan, kampus, tv swasta. Dan sampai penghujung tahun ini belum juga ada panggilan. Rasa down semakin muncul ketika satu persatu kerabat saya sudah mendapatkan pekerjaan dan pergi meninggalkan Jogja. Sempat ada tawaran dari teman untuk masuk ke tempat kerjanya dimana sebagian besar orang-orangnya satu kampus dan satu organisasi dengan saya. Tapi saya menolak. Alasannya? Saya ingin mencari lingkungan baru dengan orang-orang baru. Saya ingin berjuang dengan usaha saya sendiri.

Pernah juga nglamar kerja dimana saudara sendiri yang jadi HRD nya, tapi kala itu saya tidak diwawancara saudara saya. Justru saya langsung diwawancarai orang IT nya. Proses wawancara berhasil saya lewati, sorenya saya dapat email untuk test selanjutnya dimana suruh buat web tapi takehome. Ehh malah saya sakit, karena tak kuat mengerjakan, akhirnya saya simpan harapan saya untuk diterima di tempat tsb.

Saya percaya Tuhan sudah merencanakan sesuatu. Dia tahu pekerjaan yang terbaik untuk saya, dan saya percaya Dia sudah menyiapkan. Mungkin saya disuruh menunggu lebih lama dari yang lain, saya disuruh istirahat lebih lama. Sisi baiknya, semakin banyak saya nglamar kerja, semakin banyak saya belajar. Saya jadi banyak belajar sendiri tentang bahasa dan program yang sebelumnya nggak pernah saya dapatkan pas kuliah, saya bisa intropeksi dan belajar cara-cara ngerjain soal dan wawancara, yang kemudian malah saya bisa ajarin ke teman-teman saya yang juga test kerja.

Sahabat.
Saya bersyukur dikelilingi sahabat yang luar biasa baik, yang selalu mendukung, membantu, dan menyemangati saya. Ketika saya malas mengerjakan skripsi, melihat mereka yang giat, membuat pacuan saya agar tak tertinggal oleh mereka. Ketika pikiran saya buntu, mereka yang mengajari dan membantu mencari solusi. Ketika mulai lelah, mereka yang bersedia menemani untuk refreshing sesaat. Mereka yang meluangkan waktu menunggu saya ketika pendadaran. Mereka juga yang memberikan semangat dan menumbuhkan rasa berani saya, untuk menemui dosen penguji saya. Mereka juga yang selalu menyemangati saya dan memberi dorongan agar tak menyerah untuk terus mencari pekerjaan terbaik.

Tahun 2016 ini juga banyak perpisahan dengan para sahabat. Berat mengucapkan kata pisah dengan mereka. Di mulai setelah saya pendadaran, Dea yang bekerja di Papua. Kemudian setelah wisuda, Berto yang pulang ke Lampung dan kemudian bekerja di Jakarta, Indra yang pulang ke NTT, Dwi yang bekerja di Jakarta kemudian pindah di Semarang, Agus dan Rian yang bekerja di Jakarta. Hanya Doa yang bisa saya beri, semoga mereka bahagia dan sukses dengan jalannya masing-masing.

Keluarga dan Natal.
Trah Wardho

Natal tahun 2016 ini berbeda denga Natal sebelumnya. Ditengah pergumulan saya mencari pekerjaan, saya dapat merasakan sukacita lewat kehangatan keluarga yang Tuhan berikan. Bersyukur, tahun ini saya dapat berkumpul dengan keluarga besar saya.

Akhirnya berakhir cerita saya di tahun 2016. Semoga tahun 2017 kehidupan saya lebih baik, semoga di tahun baru nanti pergumulan saya berakhir. Semoga semoga semua yang saya harapkan bisa terwujud dan banyak kebahagian.

Refreshing disela skripsian
Selempang cumlaude: bukti organisasi itu nggak ganggu kuliah
Kedua orangtua saya
Sahabat dari kenal pas ospek sampe wisuda bareng
Apalah kita yang nggak bisa sewa studio dan akhirnya foto di Sambisari
Ke job fair bareng Tessa
Di bandara: Sebelum Dea ke Papua


Di stasiun: Sebelum Agus dan Rian ke Jakarta

@astrimeika