Review Jujur #16 : Keluarga Cemara

Siapa sih yang nggak ingat serial TV Keluarga cemara yang pernah hits di era tahun 90-an? Awal tahun 2019 ini Yandy Laurens membawa kisah Abah, Emak, Euis, dan Ara ke layar kaca perfilman Indonesia. Sebuah film tema keluarga yang menurut saya jarang ada di Indonesia, sudah pasti film ini akan menarik.

link


Kisah Keluarga Cemara
Kisah dalam film ini tentu sama dengan serial TV nya, bercerita tentang Abah (Ringgo Agus Rahman) dan Emak (Nirina Zubir) yang mempunyai dua anak perempuan yaitu Euis (Zara JKT 48) gadis SMP yang berbakat dibidang dance, dan Ara (Widuri Puteri) anak umur 7 tahun yang energik dan gemar menggambar.

Keluarga mereka sangat rukun, damai, bahagia, serta berkecukupan. Hingga masalah menimpa keluarga mereka, Abah yang ditipu oleh kakak iparnya sendiri terpaksa harus meninggalkan rumahnya di Jakarta dan membawa istri serta anakknya ke desa terpencil di Jawa Barat untuk tinggal di rumah warisan ayah Abah, selain itu Abah juga harus mencari pekerjaan baru.

Jauh dari kebingisan kota, keluarga ini menghadapi kehidupan baru yang apa adanya dan serba terbatas. Tentu ini bukan hal yang mudah terutama bagi Euis yang memasuki masa pubertas dan harus beradaptasi dengan teman-teman barunya di sekolah baru yang sangat berbeda dengan sekolah sebelumnya. Namun dibalik kesederhanaan kehidupan mereka dan masalah yang harus mereka jalani, mereka menemukan bahwa harta yang paling berharga adalah keluarga.

Mengikuti Perkembangan Jaman
Meskipun film ini diambil dari serial TV era 90-an dan dengan plot yang dibuat sama dengan versi serialnya, namun ada juga perbedaannya dengan serial TV-nya. Film ini mengambil latar waktu di era sekarang, beberapa adegan disesuaikan dengan kehidupan modern masa kini sehingga terkesan natural dan penonton pun bisa merasakan hal yang dekat dengan kehidupan sehari-hari.

Meskipun mengambil kehidupan modern, namun ciri khas serial Keluarga Cemara yang ikonik tetap dimunculkan yaitu becak dan opak. Kedua elemen itu tentu yang membuat rindu penggemarnya.

Pesan Moral
Saya sangat mengapresiasi film Indonesia seperti ini, film yang sederhana namun tidak membuat jenuh, film yang menyenangkan namun juga menyimpan banyak makna dan pesan moral bagi penontonnya. Tokoh Abah dan Emak yang diperankan oleh Ringgo dan Nirina terkesan natural menggambarkan kehidupan suami istri dan bapak ibu. Alur cerita serta karakter yang dekat dengan kehidupan sehari-hari tersebut membawa penonton terhanyut dalam suasana dan tentu beberapa tak kuasa menahan air mata.

Film Keluarga Cemara ini mengajarkan bahwa setiap masalah akan ada cara penyelesaiannya, meskipun mungkin bukan jalan penyelesaian yang kita harapkan, namun justru itu membawa hal yang lebih baik bagi kehidupan kita. Dibutuhkan kebesaran hati untuk menerima keadaan dan ketangguhan untuk tetap bertahan bersama keluarga bagaimanapun keadaannya.

Jatuh Cinta dengan para pemainnya
Apresiasi yang besar kepada Ringgo, Nirina, Zara, dan Widuri dimana mereka bermain sangat natural dan membuat film ini mempunyai kualitas. Jujur awalnya saya ragu apakah Ringgo yang mempunyai sisi komedi bisa membawakan karakter Abah, namun diluar dugaan, Ringgo mampu memunculkan karakter Abah yang penuh kasih dan bertanggung jawab dengan apik.

Meski telah banyak peran yang dimainkan oleh Nirana yang tentu kemampuan aktingnya tidak diragukan lagi, namun di Keluarga Cemara ini membuat saya tetap terkesima. Nirina mampu memunculkan sosok emak yang penuh kasih sayang dan penuh kesabaraan yang mampu menerima segala keadaan keluarganya. Bagaimana seorang istri harus mampu menjadi penguat disetiap usaha suaminya, mampu menjadi penyejuk di tengah problematika yang dihadapi keluarganya, menjadi sosok sahabat dan penengah bagi kedua putrinya.

Zara dan Widuri juga tak kalah memukau. Zara tampil apa adanya dan terkesan natural menjadi gadis remaja masa kini yang penuh keinginan, keras kepala dan kadang tidak patuh dengan orangtuanya. Widuri yang pertama kali masuk dunia akting juga tampil cemerlang bak idola masa kini yang membuat penonton kagum akan sosoknya yang periang, ceria dan polos.

@astrimeika