Review Jujur #8: Lima


Film Lima. Film yang tayang untuk menyambut hari kelahiran Pancasila yang jatuh pada tanggal 1 Juni ini memang unik. Seperti judulnya lima, film ini digarap oleh lima sutradara yaitu: Lola Amaria, Shalahuddin Siregar, Tika Pramesti, Adriyanto Dewo, dan Harvan Agustriansyah, serta lima orang pengisi Original Sound Track (OST). Yang lebih menarik, film ini menyuguhkan lima jalan cerita yang diadaptasi dari kelima sila Pancasila yaitu Tuhan, kemanusiaan, persatuan, musyawarah, dan keadilan.
Pengamalan kelima sila tersebut disuguhkan berdasarkan permasalahan yang sering terjadi di kehidupan bangsa Indonesia. Menceritakan keluarga Maryam (Tri Yudiman) dengan ketiga anaknya Fara (Prisia Nasution), Aryo (Yoga Pratama), dan Adi (Baskara Mahendra) dimana Maryam dan Fara beragama Islam sedangkan Aryo dan Adi beragama Kristen.

Tuhan.
Permasalahan pertama muncul ketika Maryam meninggal. Bagaimana Maryam dimakamkan memicu perdebatan untuk ketiga anaknya. Namun, akhirnya permasalahan dapat diselesaikan dengan damai.

Kemanusiaan.
Adi sering mendapat bully-an dari teman sekolahnya bernama Dega. Pada suatu saat Adi harus menyaksikan kejadian yang tidak berperikemanusian yang menggugah hati Adi untuk membantu menegakkan keadilan meski harus berhadapan dengan Dega.

Persatuan.
Fara seorang pelatih renang mendapatkan permasalahan ketika ia harus menentukan atlet mana yang harus dikirim ke Pelatnas dengan tidak memasukkan unsur ras, suku, dan kulit warna ke dalam penilainnya. Fara pun harus berhadapan dengan pemilik klub.

Musyawarah.
Aryo sebagai anak lelaki tertua dihadapkan pada permasalahan warisan, dia harus menjadi pemimpin untuk menyelesaikan masalah warisan yang ditinggalkan Maryam. Sebelumnya Aryo juga dihadapkan dengan permasalahan bahwa ia dipecat oleh rekan bisnisnya sendiri tanpa melakukan musyawarah dahulu sebelumnya.

Keadilan.
Ijah (Dewi Pakis), pembantu rumah tangga keluarga Maryam menemukan permasalahan ketika pulang kampung, dia harus menyelematkan anaknya dan menuntut keadilan yang seringkali tidak berpihak pada rakyat kecil seperti Ijah.

Film Untuk Generasi “Jaman Now”
Saya heran ketika melihat film ini banyak kursi bioskop yang kosong, dan setelah menyadari sebagian besar penonton adalah orang sepuh/ orang tua. Apakah anak muda kurang antusias untuk menonton film dengan tema seperti ini? Padahal, menurut saya film ini baik ditonton untuk generasi muda calon penerus bangsa. Mereka bisa belajar dan memahami makna dari setiap sila yang ada di Pancasila.

Permasalahan yang terjadi di cerita ini sebenarnya permasalahan klasik yang banyak ditemukan di kehidupan. Dari permasalahan yang ada kita dapat belajar bagaimana seharusnya Pancasila menjadi dasar dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi. Penyelesaian masalah yang terjadi di film ini sangat sederhana menurut saya, namun seringkali tidak pernah terpikirkan di pikiran kita.

Keseluruhan menurut saya film ini bagus, penuh makna yang ingin disampaikan kepada penonton. Walaupun beberapa agak sulit dimengerti, jadi harus mikir dulu untuk mengetahui pesan apasih yang ingin disampaikan melalui cerita ini. Durasi 110 menit untuk film ini juga sangat pas, tidak terlalu lama, mungkin jika lebih lama sedikit saya akan bosan. Adanya lima cerita yang berbeda juga dikemas secara rapi dan berkesinambungan, perubahan cerita satu ke satunya hampir tidak terasa, kecuali saat perubahan ke cerita terakhir yaitu sila keadilan.

@astrimeika