Review Jujur #22: Susi Susanti - Love All

Siapa yang tak kenal Susi Susanti? Pebulutangkis tunggal wanita yang mengharumkan nama Indonesia dikancah Internasional pada era 80an hingga 90an. Sosok Susi Susanti dan perjalanan hidupnya diangkat di layar lebar dan digarap oleh Damn I Love Indonesia Movies.


Link Gambar

Perjalanan Susi Susanti (diperankan Laura Basuki) dimulai dari kota Tasikmalaya yang merupakan kampung halamannya, Susi kecil (diperankan Moira Tabina Zayn) mempunyai impian sebagai pemain bulutangkis mengikuti jejak ayahnya yang pernah menjadi atlet PON. Bakat Susi yang awalnya tidak terlihat oleh kedua orangtuanya, berkat juara yang dia peroleh dari pertandingan di kampungnya Susi mendapat kesempatan untuk masuk di PB Jaya di Jakarta dan dilatih oleh Rudi Hartanto.

Semakin beranjak remaja, Susi tumbuh menjadi wanita yang berambisi untuk selalu memenangkan setiap pertandingan. Lewat kejuaran World Championship Junior di tahun 1985, Susi bergabung ke pelatnas PBSI. Di pelatnas Susi bertemu atlet lain yaitu Alan Budikusuma (Dion Wiyoko), Ardy B. Wiranata (Nathaniel Sulistyo), Hermawan Susanto (Rafael Tan), Sarwendah Kusumawardhani (Kelly Tandiono). Lewat latihan yang diberikan oleh Tong Sin Fu (Chew Kinwah) dan Liang Chu Sia (Jenny Chang), medali Emas terus Susi dapatkan, mulai dari kejuaraan di Sudirman Cup Jakarta tahun 1989, World Cup  Guangzhou tahun 1989, hingga Olimpiade Barcelona tahun 1992, serta medali-medali lain.

Konflik mulai terjadi ketika tahun 1995 dimana sebagai seorang keturunan Tionghoa, Susi mulai resah dengan status kewarganegaraannya yang masih tidak jelas, padahal dia sudah membawa harum nama Indonesia di mata Internasional. Ditambah lagi media yang membahas hubungan asmaranya dengan Alan dinilai public mempengaruhi prestasinya.

Pengetahuan tentang sejarah dan bulutangkis
Banyak pengetahuan yang didapat dari menonton film ini. Jujur, saya baru tau istilah Love All pada bulutangkis lewat film ini, dan beberapa hal lain juga yang berhubungan dengan bulutangkis. Selain itu, lewat film ini kita diajak untuk merasakan perjuangan warga Indonesia keturunan Tionghoa diera Orde Baru yang sulit mencari status kewarganegaraan.  

Laura Basuki sukses memerankan Susi Susanti
Tak perlu diragukan lagi, akting Laura Basuki dari dulu memang selalu memukau untukku pribadi. Laura Basuki terlihat totalitas dalam memerankan sosok Susi Susanti yang ambisus. Perjuangan Laura Basuki hingga benar-benar latihan fisik demi memerankan Susi Susanti sangat patut diacungi jempol. Selain itu, chemistry Laura Basuki dengan Dion Wiyoko, yang memerakan pengantin olimpiade tidak diragukan lagi, momen kedekatan mereka hingga berpacaran lalu menikah menggemaskan dan membuat penonton tersenyum. 

Rasa sedih ketika jumlah penonton sedikit
Jujur ini film yang sudah aku nanti-nantikan sejak lama, tentu sungguh tidak sabar untuk menonton film ini dan begitu sudah tayang langsung excited untuk nonton di hari pertama film ini beredar di bioskop. Kaget dan sedih ketika ternyata masyarakat tidak seantusias diriku ini, bangku bioskop banyak yang kosong. Padahal bukaknkah akhir-akhir ini penggemar bulutangkis semakin banyak? Atau apakah banyak anak milinial tidak kenal dengan sosok Susi Susanti?

Setelah selesai menonton film ini, saya semakin kagum kepada sosok Susi Susanti dan juga pemain bulutangkis di era itu. Selain itu, juga kembali semangat men-support perjuangan atlet bulutangkis di era sekarang yang meskipun terkadang mereka kalah, karena dibalik setiap kejuaraan yang mereka ikuti ada kehidupan lain yang mereka harus korbankan.

Kekurangan film ini menurutku kurang greget ketika menampilkan Susi Susanti sedang bertanding, ya bahkan lebih greget ketika menonton trailernya, menurutku jika ada beberapa potongan yang menampilkan Susi Susanti ketika dulu bertanding akan lebih terlihat hidup.

@astrimeika